âJangan kentut di dalam air, nanti puasanya batal.â
Penggalan cerita itu merupakan bagian dari pengalaman kreatornya, Faza Ibnu Ubaidillah alias Faza Meonk. Ia menuangkan pengalaman masa kecilnya saat Ramadan, melalui kisah si Juki. Juki sendiri digambarkan sebagai seorang anak laki-laki yang cuek, usil, seronok, tidak tahu malu, menyebalkan, tetapi selalu beruntung. Nama Juki diambil dari kepanjangan dari âJuru-Hokiâ. Bagi penggemar komik Indonesia, karakter ini jelas sudah memiliki tempat tersendiri di hati mereka.
Pada Ramadan kali ini, Juki memang tidak lagi keluar dengan sejumlah cerita nostalgia saat puasa seperti di tahun-tahun sebelumnya. Ia membuatnya saat Ramadan tahun lalu. Nostalgia ramadan si Juki kecil itu masih dapat dinikmati penggemar komik Indonesia hingga saat ini. Ceritanya sangat dekat dengan pembaca, jenaka, dan yang jelas, membuat kita seperti memutar kenangan saat menjalankan puasa di masa kecil. Seperti masalah kentut yang membatalkan puasa tadi contohnya.
Pengalaman Ramadan Faza kecil, sedikit banyak memang menjadi buah ide konten kreatifnya. Seperti susahnya membangunkan orang untuk bersahur, mengisi aktivitas ibadah di buku Ramadan, dan asiknya menghias kue-kue yang dibikin menjelang lebaran bersama ibu.
âSupaya tidak segmented, jadi saya ambil yang lucu-lucu dan banyak dirasakan orang.â katanya kepada Tirto.
Sejumput ide kreatifnya tak lepas dari memoar masa kecil Faza yang lebih banyak dihabiskan di Kelapa Dua, Depok. Lingkungan perumahannya bisa dikatakan cukup kental kegiatan keagamaan. Sebelumnya, hingga umurnya enam tahun, Faza sempat tinggal di Bandung, Jawa Barat. Namun, tak banyak kenangan ramadan yang didapat ketika dirinya tinggal di sana.
Kenangan ramadan yang melekat justru dirasakannya saat pindah ke Depok. Faza sudah diajarkan oleh ibunya untuk berpuasa sejak usia empat tahun. Ia memulainya dengan puasa setengah hari. Baru setelah berusia tujuh tahun, Faza berpuasa secara penuh.Â
Saat Ramadan datang, Faza sering mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan di perumahan maupun sekolahnya. Faza aktif mengikuti pesantren kilat setiap sore di lingkungan rumahnya dan juga gelaran ngaji bareng sambil menunggu azan buka. Faza aktif mengikuti nasyid di sekolah dan sempat beberapa kali menjuarai lomba adzan anak-anak.
Salah satu hal yang diingat dan kemudian tertuang juga menjadi ide cerita Si Juki adalah pengalaman mengisi buku ramadan. Anak-anak yang lahir di period tahun 90-an sudah pasti juga akrab dengan kegiatan ini. Biasanya, menjelang bulan puasa, sekolah akan memberikan satu buku yang berisikan jadwal ibadah, mulai dari pelaksanaan shalat wajib, tarawih, isi ceramah hingga tanda tangan khatib pun harus diisi.
Cerita ini kemudian dituangkan dalam episode 7 berjudul "Juki Tarawih". Seperti biasanya, saat orang-orang melaksanakan shalat tarawih, Juki dan teman-temannya malah sibuk bermain perang sarung. Karena terlalu asyik bermain, Juki malah ketiduran ketika menunggu antrean tanda tangan Pak Ustad. Ia harus rela agenda buku Ramadannya kali itu kosong karena tak dapat tanda tangan Pak Ustaz.
Juki baru terbangun saat musala sudah sepi. Ia pun buru-buru pulang karena hari sudah larut. Di tengah jalan, ia bertemu sosok misterius yang dikira setan. Karena baru belajar mengaji, bukannya membaca ayat kursi, Juki malah melafal huruf hijaiyah sambil terus berlari menuju rumah. Ternyata, sosok misterius yang dianggap setan oleh Juki adalah Pak Ustaz. Episode kali itu ditutup oleh permintaan Juki kepada Pak Ustaz untuk tanda tangan agenda ramadan.
Kenangan ramadan lain yang dialami Faza adalah melakukan iktikaf di masjid selama sepuluh hari puasa. Karena tumbuh di lingkungan yang agamis, ia sudah terbiasa melakukannya sedari umur 7 tahun. Iktikaf sudah menjadi suatu kelaziman mengarah ke kewajiban bagi anak-anak hingga orang dewasa di lingkungannya saat itu.
âSaat iktikaf itu masjid ramai sekali, anak-anak umur 7-10 tahun sudah ditanamkan harus iktikaf. Malah tradisi seperti bangunin sahur yang nggak gimana-gimana. Ya cuma nyanyi teriak-teriak, keliling daerah sekitar rumah saja,â ujarnya.
Pengalaman-pengalaman uniknya di masa kecil itulah yang kemudian dituangkannya dalam komik Juki edisi Ramadan. Hanya saja secara khusus Faza memang tidak memasukkan kenangan ramadannya yang terlalu spesifik seperti melakukan iktikaf ke dalam karakter komiknya. Beberapa cerita lain di komiknya, seperti bermain bedil sambil ngabuburit, atau membangunkan sahur sambil berkeliling kampung memang tidak dialami sendiri oleh Faza. Faza lebih banyak mencomot cerita-cerita yang dirasakan secara umum agar bisa dinikmati oleh pembaca secara luas.Â
"Ada satu cerita Juki yang predominant bedil buat ngabuburit, itu saya tidak rasakan, tapi pernah lihat. Untuk menguatkan saya tanya kepada teman yang merasakan."
Baca juga artikel terkait DUNIA RAMADHAN atau tulisan menarik lainnya Aditya Widya Putri
(tirto.id - adi/nqm)